Marry Me?

Aku melirik jam tanganku. Dia belum datang juga. Sepertinya aku datang terlalu cepat. Salahkan jantungku yang tak hentinya berdebar-debar, seakan-akan menyuruhku untuk lebih cepat tiba di kafe ini.<br /><br />Aku menatap kotak kecil berwarna merah marun dalam genggamanku. Penyebab keteganganku ialah, karena kotak ini, lebih tepatnya, karena isi kotak ini, yang akan kugunakan untuk...<br /><br />Tring... Tring...<br /><br />Aku mengangkat kepalaku, begitu mendengar suara lonceng pintu masuk kafe berbunyi.<br /><br />Jantungku mendadak berdebar lebih kencang lagi.<br /><br />Gadisku sudah datang ternyata. Dan, sekarang ia berjalan ke arahku dengan senyum manisnya yang memikat.<br /><br />"Maaf, aku terlambat. Kamu sudah menunggu lama, disini?"<br /><br />Jika boleh aku menjawab jujur, sesungguhnya sudah sangat lama, karena aku tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk hal ini.<br /><br />Tapi, lidahku kelu.<br />"Ti-tidak."<br /><br />Gadisku duduk. Ia menyelipkan untaian rambutnya ke belakang telinga. Alisnya terangkat, matanya menatap penasaran pada sesuatu di genggamanku.<br /><br />Dan bodohnya aku baru tersadar, aku lupa menyembunyikannya.<br /><br />"Apa itu?" tanyanya menunjuk kotak kecil yang kupegang.<br /><br />"I-ini..."<br /><br />Sepertinya aku memang tak bisa menunggu lebih lama lagi...<br /><br />"Marry me?"<br /><br />Kubuka kotak itu. Aku menatapnya penuh harap, berharap semoga jawabannya akan sesuai harapanku.<br /><br />Ia tampak terkejut, tapi kemudian ia tersenyum, lalu berdiri dan memelukku.<br /><br />"I will..."<br /><br />Aku membalas pelukannya, tersenyum lebar. Dalam hati, aku bersyukur. Cintaku ini telah menemukan jalannya.

Marry Me?

Aku melirik jam tanganku. Dia belum datang juga. Sepertinya aku datang terlalu cepat. Salahkan jantungku yang tak hentinya berdebar-debar, s...

Baca selengkapnya »

Giveaway Tell Me Your Wish Oktober

Dalam rangka mengikuti giveaway <a href='http://readinginthemorning.blogspot.com/2012/10/tell-me-your-wish-spesial-oktober-6.html'>Tell Me Your Wish Spesial Oktober</a> yang diadakan oleh mbak Nana, aku membuat post ini, yang berisi wishlist-ku. Sebelumnya, aku sudah pernah ikut GA ini pas pertama kali, tapi karena tidak menang, jadi kali ini berniat ikut lagi. Peserta GA diharuskan mempost (di blog/di note fb) wishlist bukunya seharga max. IDR 120.000. Jadi, wish me luck, guys :)<br /><br /><img src="http://gramedia.com/images/preview/9789792269666"><br /><br />Untuk buku yang pertama, aku ingin buku nonfiksi berjudul "Life Without Limits" karangan Nick Vujicic.<br /><br />Ini adalah kutipan yang diambil dari sinopsis buku ini:<br />“Orang kerap bertanya bagaimana aku bisa bahagia walaupun tidak punya lengan dan tungkai. Jawaban cepatku adalah aku punya <br />pilihan. Aku bisa merasa marah karena tidak punya tungkai, atau aku bisa bersyukur karena punya tujuan. Aku memilih sikap bersyukur. Kau juga bisa melakukannya.” — Nick Vujicic <br /><br />Ya, Nick Vujicic ialah seorang pria yang terlahir tidak berlengan dan bertungkai. Walau begitu, mengapa Nick masih bisa mensyukuri hidupnya? Dari kutipan dan sinopsis buku itu, aku tertarik dengan buku yang menceritakan sebagian besar pengalaman hidup Nick ini. Juga berdasarkan rating 4.04 dan review yg rata-rata positif di Goodreads, sepertinya buku ini bagus dan inspiratif. Jadi, aku memasukkan buku ini sebagai wishlist-ku, mana tahu buku Nick ini dapat menginspirasi hidupku kedepannya agar lebih pantang menyerah, Banyak juga video Nick di Youtube yang inspiratif.<br /><br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrh0iaYqHID2V-ackAgb37HkpiNIgJ4g1CeKpUlkb0fqZ2R8a0r_ZNMrIKc32OVslPHZGpAZtiAxjJohyypUl5Xjvn4tiEy10TAApC19iT3sTw9YDSJo0G2I-EIdZw3MS44VGra1Jwn50d/s1600/Memori.jpg"><br /><br />Wishlist-ku yang kedua ialah novel Memori karangan Windry Ramadhina. <br /><br />Aku ingin buku ini, karena setelah membaca banyak resensi dari novel ini, rata-rata responnya positif, bahkan novelnya yang sebelumnya juga banyak yang suka. Penasaran untuk membaca karya mbak Windry. Juga, karena genre novel ini ada unsur family dan romance juga. Kebetulan, aku suka cerita yang ber-genre family.<br />Dan penulisnya adalah seorang arsitek, jadi tokoh disini, pun diceritakan adalah seorang arsitek. Jadi, penasaran juga membaca novel yang, katanya, ada bumbu-bumbu arsitekturnya.<br /><br />Link buku dan harga:<br /><a href='http://gramedia.com/index.php/book/detail/9789792269666/Life-Without-Limits/'>Life Without Limits</a> harga Rp 55.000 (sebelum diskon)<br /><a href='http://www.belbuk.com/memori-p-26286.html'>Memori</a> harga Rp 45.000

Giveaway Tell Me Your Wish Oktober

Dalam rangka mengikuti giveaway Tell Me Your Wish Spesial Oktober yang diadakan oleh mbak Nana, aku membuat post ini, yang berisi wishlist-...

Baca selengkapnya »

Resensi Buku | Review Buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3" - Ajahn Brahm

P.S. : Sebenarnya sudah lama selesai baca buku ini, tapi entah kenapa mood buat review baru muncul sekarang.. -_-".<br /><br /><img src="http://lh3.ggpht.com/-JP0uMhLMTng/T3xQsvhUlOI/AAAAAAAAA-A/MDATDnSbFnM/SICACING3%25255B2%25255D.jpg"><br /><br />Setelah review buku 'Si Cacing' yang pertama, langsung loncat ke yang ketiga. Yang keduanya ngga ada karena belum habis dibaca, habis bukunya pun pinjam dari kakak saya. Buku ketiga aku yang beli sendiri. :)<br /><br />Buku yang ketiga ini merupakan buku terakhir dari seri Si Cacing dan berisi sebanyak 108 cerita didalamnya, berdasarkan kata pengantar buku, cerita-cerita ini untuk menginspirasi kita untuk menjadi lebih peka, mawas, tidak serius-serius amat dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan dan kematian. Serta dapat menghadapi masalah sebagai bukan masalah, jika kita bisa menyikapi hidup dengan penuh ketulusan, penerimaan, dan kewelasan. Dan melalui buku ini, diharapkan dapat membuat kita menjadi pribadi yang makin hening dan bening.<br /><br />Cover buku ini merupakan gambaran dari cerita terakhir dalam buku ini, yaitu "Pikiran Monyet".<br /><br />Seperti biasa, buku ini tetap diulas oleh Ajahn Brahm secara sederhana. Ajahn Brahm Juga membagikan kisahnya mengenai kehidupan disini. Buku ini (tentu saja) tetap bisa dibaca oleh semua ras, suku, agama. Dan juga tetap menginspirasi aku akan banyak hal. Salah satunya, seperti dalam cerita 'Lubangnya Terlalu Dalam' yang bercerita tentang seseorang yang sedang berjalan dalam hutan dan menemukan lubang besar yang di dasarnya ada harta karun, lantas ia mencondongkan badannya dan berusaha meraih dengan tangannya. Tapi, tak bisa karena tangannya tak cukup panjang untuk sampai di dasar, lalu ia hanya bisa mengeluh 'lubangnya terlalu dalam'. Dan kemudian, datang orang lain yang mendatanginya, ia mengambil sebatang galah dan lalu mengambil harta itu, kemudian pergi.<br />Cerita tersebut mengajarkan, agar kita jangan hanya bisa mengeluh, jika cara yang ini tak bisa, pasti ada cara lain lagi. Jadi lebih baik segera bertindak daripada mengeluh terus, bukan?<br /><br />"Lebih baik menyalakan lilin ketimbang mengeluhkan kegelapan." (p. 196)<br /><br />Ada beberapa cerita lainnya, yang ada unsur humor didalamnya, supaya tak serius-serius amat mungkin ;), tetapi beberapa dari cerita humor tersebut tetap memberi pesan moral kepada kita.<br /><br />Nothing's perfect. Ada beberapa hal, yang menurutku, sebagai kekurangan dalam buku ini. Seperti cerita 'Perangkap Tikus', 'Tertangkap Basah Kakatua', 'Jin Botol' dan 'Empat Kakek', yang ceritanya sudah aku baca di internet, jauh sebelum buku ini terbit. Tapi, mungkin bisa sebagai pengingat lagi akan moral cerita tersebut bagi yang sudah pernah membacanya. :)<br /><br />Dan dari buku ini, juga ada beberapa cerita yang hampir serupa dengan buku-buku si Cacing yang sebelumnya. Tapi, sekali lagi, sebagai pengingat saja, kita membaca buku sebelumnya, belum tentu kita akan ingat untuk menerapkan salah satu cerita seumur hidup, kan? Jadi, disikapi positif saja, jika kalian merasakan hal yang sama seperti aku.<br /><br />Pada akhirnya, aku memberi rate 4.5 untuk buku ini. Kenapa tidak 5? Karena aku merasa, aku lebih merasa buku sebelumnya membuat aku lebih termotivasi daripada buku ini. Tapi, tidak berarti buku ini tidak mencerahkan, karena ini hanya sekedar pendapatku.<br /><br />Berikut salah satu cerita yang ada di buku ini.<br /><br /><b>"Cuma Begini?!"</b><br /><br />Bukan tujuannya yang penting, melainkan<br /> perjalanannya –perjalanan mencapai tujuan,<br />itulah yang penting. Saya tak tahu berapa<br /> banyak orang dalam hidup kita yang <br />mengorbankan perjalanan yang disebutb<br />hidup demi mencapai tujuan-tujuan ini. Dan saya tidak tahu berapa banyak lagi yang <br />ketika mencapai puncak tujuan itu –saat <br />Anda berhasil melunasi semua cicilan, atau <br />Anda akhirnya berhasil sampai ke tempat <br />liburan yang sangat indah itu, atau mencapai<br /> apa pun yang ingin Anda capai– Anda merasakan sendiri betapa <br />mengecewakannya tujuan itu! “Cuma begini?!” Saya tidak bisa<br /> menghitung lagi berapa banyak perempuan <br />yang sejujurnya mengatakan ini ketika <br />mereka menikah, pada hari pernikahan <br />mereka, pada hari yang seharusnya menjadi <br />hari paling bahagia dalam hidup mereka, namun mereka malah mengatakan, “Cuma <br />begini?!” Ini juga terjadi dalam salah satu kisah saya<br /> sendiri mengenai hidangan fish and chips.<br />Saya berada di hutan Thailand selama 9 <br />tahun dan makanan di sana begitu <br />menjijikkan. Anjing Anda pun mungkin tidak<br /> doyan makanan kami di sana. Apa pun yang berkerlapan, meratap di sana bisa <br />dimasukkan ke dalam mangkuk kami –<br />kodok rebus, tokek, kadal, bekicot, belalang,<br />telur semut sampai pusar kerbau– inilah<br /> yang kami makan, sungguh payah. Jadi bisa Anda bayangkan ketika saya <br />berangkat ke Australia, saya bisa mendapat <br />hidangan fish and chips. Saya sampai <br />memimpi-mimpikan fish and chips. Meskipun<br /> saya vegetarian, namun saya terus <br />mendambakan makanan ini. Lalu akhirnya, setelah dua tahun, ketika saya <br />melakukan upacara perkabungan untuk<br />seseorang, waktu acara itu membuat saya<br /> tidak bisa kembali ke wihara untuk makan di<br /> wihara. Jadi kepala wihara bilang, “Oke,<br />kalau begitu makanlah dahulu di jalan sebelum pulang.” Horeee! Inilah kesempatan saya! Saya bisa<br /> mendapat fish and chips panas, dibubuhi lada,<br />cuka, dan garam! Satu porsi lengkap! Tidak<br />seperti makanan yang bisa Anda peroleh di <br />wihara. Anda bisa saja mendapat fish and <br />chips tetapi dimasukkan ke dalam mangkuk, lalu dicampur kari dan custard di atasnya.<br /> Hidangan tidak lagi sama. Dan hidangan<br /> dingin. Ketika ditaruh dalam mangkuk,<br />hidangan itu masih panas, tetapi setelah Anda<br /> memberikan pemberkahan dan segala<br /> macam tetek bengek, makanan itu sudah jadi dingin. Akhirnya saya mendapat fish and chips yang<br /> enak dan panas ini… Selama 9 tahun saya<br /> sudah memimpikan, membayangkan momen<br />ini, tetapi ketika saya mencicipinya…,<br />“Cuma begini?!” Saya begitu kecewa. Sungguh buang-buang<br /> waktu saja. Apakah Anda bisa memahami apa yang<br /> berusaha saya sampaikan? Anda memiliki<br /> semua impian dan tujuan ini. “Kalau aku<br />bisa mendapat ini, aku akan bahagia!” Tapi<br /> berapa kali Anda dikecewakan setelahnya?<br /> Saat kebahagiaan itu lenyap, dan Anda kembali harus memburu cita-cita baru, tujuan <br />baru, sambil berharap tujuan dan cita-cita <br />batin itu akan memberikan Anda <br />kebahagiaan selamanya, dan ternyata…<br />cuma begini?!<br /><br />NOTE: Cerita "Cuma Begini" ini diambil dari <a href='http://buddhazine.com/2012/03/19/si-cacing-dan-kotoran-kesayangannya-3'>Buddhazine</a><br /><br />Sekilas mengenai Ajahn Brahm<br /><br /><img src="http://sundaytimes.lk/070204/images/Ajahn-Brahm-Index.jpg"><br /><br />Ajahn Brahm lahir di London, 1951, dan meraih gelar Sarjana Fisika Teori di Cambridge University. Pada usia 23 tahun ia menjadi petapa di hutan Thailand dan sejak 1983 pindah ke Perth. Ia mendapat medali John Curtis dari Curtin University Australia atas pelayanannya mengunjungi penjara, rumah sakit, dan rumah duka. Ia berkeliling dunia untuk berbagi kasih dan kebahagiaan dalam ceramah dan retret. Ajahn Brahma juga melakukan Tour d'Indonesia untuk berceramah di puluhan kota dihadapan ribuan hadirin.

Resensi Buku | Review Buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3" - Ajahn Brahm

P.S. : Sebenarnya sudah lama selesai baca buku ini, tapi entah kenapa mood buat review baru muncul sekarang.. -_-". Setelah review buku...

Baca selengkapnya »

Halo semua!

Hai semua.<br />Rindu rasanya membuat post lagi di blog ini. Yah, terpisah dari kalian rindu tidak aku nge-post lagi di blog ini, hehe. (siapa yang rindu coba?)<br />Walaupun tidak ada yang rindu, tapi kalau nelantarin blog seperti ini, aku melihatnya juga jadi ngga enak. Padahal, dulu masih rajin buat post.<br /><br />Aku tidak post sejak bulan Juli (post terakhir) karena ada 3 alasan:<br />1. Urusan sekolah yang membuatku sibuk, mulai dari ulangan, PR, tugas kelompok, dll.<br />2. Penyakit malas yang muncul. Mulai dari tiba-tiba malas baca buku (keuntungannya, nafsu buat beli buku jadi kecil), malas nerusin review buku, dan juga malas benahin blog yang sudah kusam dan banyak sarang laba-laba, jika diibaratkan sebuah rumah yang ditinggal kosong.<br />3. Nggak tahu mau post tentang apa di blog<br /><br />Dan sepertinya, memang penyakit malas yang paling mendominasi alasan aku jarang ngeblog, karena ada beberapa saat aku punya banyak waktu luang, tapi ngga benahin blog karena malas. Atau bisa ditambah, aku ngga mau melototin layar HP terlalu sering, karena takut minus mata bertambah atau karena aku malas ketik di HP, yang keypad-nya kecil sampai bikin jempol rata, juga (derita ngga punya PC/laptop).<br /><br />Atau ada yang ingin memberi aku ide untuk memposting artikel di blog? <s>Atau ada yang ingin menyumbang laptop?</s><br /><br />Ya, sudahlah kalau begitu. <s>Rindu atau tidak</s>, Doakan saja ya, bagi yang membaca artikel ini, semoga penyakit malas saya bisa hijrah ke planet lain. Amin.<br /><br />Sign,<br />Tini.

Halo semua!

Hai semua. Rindu rasanya membuat post lagi di blog ini. Yah, terpisah dari kalian rindu tidak aku nge-post lagi di blog ini, hehe. (siapa ya...

Baca selengkapnya »