0
Saat
menghadapi
ujian
matematika,
sebisa
mungkin
hindari stres
jika tak ingin
diibaratkan
kalah sebelum
berperang.

Meski seseorang cukup cerdas, matematika
akan terasa lebih sulit untuk dikerjakan jika
orang tersebut panik dan stres.
Rasa khawatir, cemas dan ketakutan tidak
bisa mengerjakan akan benar-benar
mengurangi kemampuan otak untuk
berpikir jernih dalam memecahkan
persoalan. Akibatnya otak tidak bisa
berpikir dengan logis, sehingga matematika
jadi terasa sangat sulit.

Tanda-tanda orang panik atau stres saat
menghadapi ujian matematika kadang bisa
diamati pada perubahan fisik. Misalnya
denyut jantung atau nadi meningkat,
telapak tangan dingin dan berkeringat serta
perut mendadak terasa mulas dan melilit-
lilit.
"Kami sangat terkejut, respons psikologis
bisa membuat seseorang unggul dalam
ujian matematika hanya dengan mengatasi
kecemasan dan memandangnya sebagai
sebuah tantangan," ungkap Prof Sian
Beilock dari University of Chicago seperti
dikutip dari MSNBC, Jumat (26/8/2011).

Prof Beilock membuktikan hal itu lewat
penelitian yang dilakukannya terhadap 73
mahasiswa dengan latar belakang yang
berbeda, ada yang jago matematika dan
ada yang membencinya. Sebelum
mengerjakan soal matematika, para
partisipan menjalani tes air liur untuk
mendeteksi kadar kortisol atau hormon
stresnya.

Partisipan yang mengalami peningkatan
kadar kortisol sebelum mengerjakan soal
berarti mengalami kepanikan yang dipicu
oleh matematika atau disebut juga Math
Anxiety.
Sepandai apapun, partisipan yang
mengalami Math Anxiety lebih sering gagal
dalam mengerjakan soal matematika.

Sedangkan untuk mengatasi kepanikan saat
menghadapi ujian matematika, Dr Beilock
memberikan tips sederhana. Sebelum
masuk ruang ujian, luangkan waktu 10
menit untuk menuliskan isi hati pada
secarik kertas lalu menyimpannya dan
jangan diingat-ingat lagi sampai ujian
selesai.

Sumber: detikcom

Posting Komentar

 
Top