Judul buku: Winter in Tokyo
Penulis: Ilana Tan
Ishida Keiko ialah seorang gadis blasteran Indo-Jepang berumur 25 tahun. Keiko tinggal di sebuah apartemen bernomor 202 dan bekerja di sebuah perpustakaan unum di Shinjuku.
Suatu hari di musim dingin, Keiko mendapat seorang tetangga baru. Tetangga baru itu bernama Nishimura Kazuto. Nishimura Kazuto ialah seorang fotografer terkenal yang pindah dari New York ke Tokyo dengan alasan ingin mencari suasana yang berbeda, tapi alasan sebenarnya ialah ia ingin melupakan seseorang.
Dan sejak perkenalan antara Keiko dan Kazuto, hubungan mereka pun perlahan-lahan makin berkembang dan semakin dekat. Walau begitu, masih ada seorang lelaki yang disukai Keiko yaitu Kitano Akira. Cinta pertama Keiko selama 13 tahun yang kini seorang dokter.
Puncak kedekatan Keiko dengan Kazuto adalah saat malam natal, saat Kazuto menyatakan perasaannya pada Keiko. Dan disaat malam itulah juga, suatu musibah menimpa Kazuto, menyebabkan Kazuto koma selama seminggu lebih dan pada saat terbangun, ia tak dapat mengingat kejadian selama sebulan terakhir di Jepang. Dan juga menyebabkan Keiko uring-uringan karen ia sama sekali tak mendapat kabar akan keberadaan Kazuto selama seminggu lebih.
Kemudian, seakan-akan ada benang merah merah yang mengikat mereka, Keiko dan Kazuto bertemu lagi. Dengan keadaan Kazuto yang tidak mengenal Keiko lagi. Dan hubungan mereka pun dimulai lagi...
Review:
Sebelumnya, aku sudah pernah baca novel sebelumnya yaitu Autumn in Paris. Dan aku tidak melihat ada kaitan antara novel ini dengan novel Autumn, cuma numpang nama saja selain itu tak ada lagi. Pada awalnya aku pun sempat mengira, kalau endingnya bakal sad ending seperti novel Autumn, tapi, gara-gara tak sengaja membaca sebuah review di goodreads, aku bisa menebak sedikit endingnya. Pada akhirnya, rupanya endingnya ngga sad. :-)
Walau setting novel ini di Tokyo, tapi tentu saja masih ada unsur-unsur Indonesia-nya, yaitu tokoh utamanya, Keiko yang memiliki seorang ibu orang Indonesia dan juga Keiko yang kadang-kadang suka mengomel dalam bahasa Indonesia :))
Konflik dalam novel ini aku rasa cukup sederhana dan memang mudah ditebak. Tapi, walau begitu, semakin ke belakang, aku makin penasaran dan ingin membacanya sampai habis dan aku pun membacanya hanya dalam waktu 3 hari. Well, rekor buatku setidaknya. :D
Yang membuat aku kurang nyaman dalam membaca novel ini ialah, menurutku ada saja kejadian yang terasa kebetulan di novel ini, sehingga aku merasa novel ini sedikit sinetron. Juga, deskripsi tentang Tokyo-nya sangat sedikit menurutku. Tapi, selain itu aku merasa semuanya sudah cukup bagus dari novel ini.
Akhirnya, aku beri bintang 3 dari 5 untuk novel ini.
Posting Komentar