0
TENTANG AKU YANG TAK BISA MENCINTAI SANG REMBULAN
YOZE SAFARAN DAWZON

Setiap harinya..
Aku semakin dekat menuju kefanaan diri ini..
Sedih..
Tangisan..
Kehampaan..
Sudah tak pernah kupikirkan dalam benakku..
Mencoba melupakan setiap kenangan saat pupus membuat ku terdiam tak
berdaya..
Mematung sendiri dalam sepi dalam lamunan panjang yang menyesakkan rongga
didada..

Seandainya..
Kutetaskan kembali kisah ini dengan darahku..
Maka darah dalam tubuh ini tak kan cukup untuk memenuhi semua tanya..
Dan jika jiwa rapuh ini harus terhempaskan dalam sesalan..
Maka tak seorang pun yang ingin meninggalkan dunia ini..

Pun demikian..
Aku tak tahu lagi..
Bagian mana yang harus diputar ulang..
Karena sama sepertimu..
Aku pun ingin hidup seribu tahun lagi..
Ingin menari bersama hujan saat malam mengucapkan selamat tinggal pada
kita..
Perlahan menyisakan tangis semata ketika semua cerita menjadi kenangan
diujung senja..

Aku tak mengerti..
Bagian mana lagi yang harus disusun awal kisahnya..
Karena sama sepertimu..
Aku pun tak ingin ada elegi yang menyambut datangnya segenap asa..
Namun..
Dunia ini terasa sempit untuk ku dapat bernafas lega..
Terlalu gelap untuk berjalan saat mata tertutup menahan semua gejolak..

Aku pun tak ingin pergi sekarang..
Sebab kau tahu itu dengan pasti..

Yaa robbana..
Seandainya jawaban dari setiap doa ini tak dapat lagi aku lihat..
Maka hapuskanlah genangan tangis dari kedua bola mataku..
Seandainya jawaban dari setiap doa ini tak bisa kurengkuh dengan tanganku..
Maka biarlah aku merekah menjadi sempurna dimusim semi nanti..
Dan seandainya jawaban dari setiap doa ini tak kan dapat aku sentuh dengan
jiwaku..
Maka izinkan aku menoreh sebuah cerita untuk senja diesok pagi..
Serangkaian kisah tentang aku yang tak pernah bisa mencintai sang rembulan..
Yang harus terakhiri dengan hujan ketika ku pergi dan tak kan kembali lagi..
Perlahan pasti menutup mata disepertiga akhir malam pertemuan antara kau dan
juga aku.

Posting Komentar

 
Top