SasuHina part I
DEG
Hinata menutup matanya sambil menghembuskan napas keras. Hinata tidak ingin menangis lagi, dia lelah menangis, dia harus kuat. Ketika dia divonis menderita penyakit itu, entah kenapa yang dipikirkannya hanya Sasuke terus. Bukan yang lain.
Sedangkan, Sasuke terpekur mendengar pernyataan itu. Hinata. Terkena. Tumor. Otak? Kenapa? Rasanya semalam dia baru menggenggam tangan Hinata dan Hinata juga sehat-sehat saja—walaupun dia agak aneh semalam. Otaknya yang jenius itu berusaha mencerna kalimat 'Hinata-terkena-tumor-otak'. Selama ini dia bahagia bersama Hinata. Dia mengabaikan fangirls-nya dan lebih memilih Hinata yang padahal bukan penggemarnya itu. Hinata menarik, Hinata punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh fangirls-nya itu. Well, walaupun Hinata tidak begitu cantik dibandingkan fangirls-nya yang lain.. Tapi, Hinata mempunyai tatapan lembut yang meluruhkan hati dan selalu ditujukan kepada setiap orang, termasuk kepada Sasuke. Sasuke ingin selalu mendapatkan tatapan lembut itu, itulah sebabnya dia memilih Hinata sebulan yang lalu. Sasuke tidak suka tatapan menjijikkan dari fangirlsnya itu, tatapan nafsu.
Dan kini, akankah Sasuke mendapatkan tatapan lembut itu lagikah?
Hinata merasakan punggung tangannya yang lembut itu basah. Basah oleh tetesan-tetesan cairan hangat. Hinata membuka matanya. Dan mendapati Sasuke sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sasuke..... Menangis? Kenapa? Kenapa bisa?
'Sasuke-kun...' batin Hinata sedih. Sirat matanya memperlihatkan kesedihan yang mendalam. Hinata tahu, Sasuke pasti sedang menangis akan dirinya dan dia benci itu. Hinata benci orang lain yang menangis demi dirinya. Biarkanlah dia menangis untuk dirinya sendiri, tak usah orang lain yang menangisi dirinya.
'Tidak, Sasuke-kun tak boleh menangis. Sasuke-kun harus jadi orang yang stoic, tapi tetap baik dan peduli, Sasuke-kun harus jadi orang yang kuat,' batin Hinata, dia mengepalkan tangannya. rasanya untuk sekarang dia lebih suka Sasuke yang cuek. Hanya untuk sekarang mungkin...
~Disclaimer to Teeny-chan~
Sedangkan itu...
Tangan kanan Hanabi menarik-narik lengan Neji dan tangan kirinya digunakan untuk menunjuk pintu kamarnya Hinata.
Mengetahui maksud dari isyarat Hanabi, Neji pun hanya bisa mendengus karena diacuhkan lalu mereka berdua melangkah dan mendorong pintu kamar Hinata dan keluar.
Hinata berusaha menggapai tangan Sasuke yang meremas tepi selimut yang menutupi tubuh Hinata sebagian. Untunglah, tak begitu jauh sehingga memudahkannya untuk menggapainya. Hinata meremas tangan Sasuke pelan, seakan-akan dengan menggengam tangan Sasuke erat, ia bisa mengalirkan energi semangat untuknya.
Sasuke yang merasa ada sesuatu yang hangat melingkupi diatas punggung tangannya, mengangkat kepalanya, bola mata onyx itu kini melihat lagi tatapan lembut dari mata lavender itu yang kini tersenyum lembut.
"Sasuke-kun jangan menangis.. Kita berusaha bersama ya, Sasuke-kun?"
Dan Sasuke pun mengangguk sambil tersenyum. Ia mencium kening Hinata dengan pelan dan penuh kasih sayang.
~Disclaimer To Teeny-chan~
Hari demi hari berlalu, seminggu sudah Hinata dirawat dirumah sakit. Sasuke terus menyemangati dan memotivasi Hinata agar berusaha untuk sembuh. Sasuke bisa menjenguk Hinata setiap hari karena kuliah libur —liburan musim panas—.
Dan kini, Sasuke masuk ke kamar Hinata sambil membawa sebuket bunga lavender, bunga kesukaan Hinata. Sasuke menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Setelah berdiri dibelakang pintu kamar tersebut, dia menyembunyikan buket bunganya dibalik punggungnya, berusaha memberikan kejutan bagi Hinata.
"Ehm!" dehem Sasuke.
Hinata yang tadi menyembunyikan mata lavendernya dibalik kelopak matanya, kini terbuka. Dia tersenyum lembut setelah mengetahui yang datang itu Sasuke.
Sasuke berjalan dengan posisi tubuh yang menyamping, agar surprise-nya tidak diketahui Hinata yang justru membuat Hinata makin penasaran. Lalu Sasuke duduk di kursi yang ada disamping kiri tempat tidur Hinata, masih dengan posisi tangan yang sama.
"Sasuke-kun, apa yang kau sembunyikan?" tanya Hinata penasaran.
Sasuke menyeringai.
Perlahan, Sasuke mengeluarkan tangannya.
"Surprise." ujar Sasuke sambil mengeluarkan buket lavender itu.
Hinata tersenyum senang.
"A-arigato, Sasuke-kun," ujar Hinata sambil mengambil buket lavender itu.
Sasuke tersenyum tipis, sangat tipis dan bahkan orang akan menganggap Sasuke tidak sedang tersenyum saat itu. Tapi, hati Sasuke tersenyum sangat lebar. Kenapa ya aku tak bisa bersikap seperti 'aku yang biasanya' pada Hinata? Ah, aku tak peduli. Dia sedang sakit, jadi kebahagiaannya pasti kebahagiaanku juga. Jadi, dia harus bahagia. Batin Sasuke.
"Hinata.."
"Apa, Sasuke-kun?"
"Kita berusaha bersama ya?"
"Iya, Sasuke-kun. Kau sudah sering bilang itu." Hinata mengumbar senyumnya lagi.
"Nanti, tumor di otakmu pasti akan menyusut dan aku pasti bisa menikmati bento-mu lagi. Kau harus memasakku bento dengan irisan tomat yang banyak setelah kau sembuh. Dan itu harus, karena kau pasti akan sembuh." Sasuke mengecup punggung tangan Hinata lembut.
Hinata menggangguk. Tanpa disadari Sasuke, senyum Hinata memudar dan pandangan Hinata daritadi menerawang seraya Sasuke berbicara.
Bersambung...
Kasih saran pliss? Any opinion?
mau kasih tau aku tentang kuliah tingkat tiga?? (still hope)
Posting Komentar