0
~A V o i c e o f F a r e w e l l~

Sasuke berlari menyusuri lantai koridor lorong rumah sakit, menabrak semua orang yang membuat jalannya terhalang tanpa mengucapkan minta maaf dan tanpa peduli umpatan dan lirikan aneh semua orang yang ditujukan kepadanya.

Hanya ada satu kata dalam pikirannya.

Hinata.
.
.
.
.
Bzzztt... Bzzztt..

Ponsel Sasuke bergetar dan getaran itu meresap sampai ke telinga Sasuke yang hampir saja sudah akan terlelap dalam tidur siangnya. Sasuke bergumam tak jelas. Mengutuki si pemanggil telepon yang sangat mengganggu 'acaranya'.

Sasuke mengambil ponselnya dan mendekatkan layar ponselnya ke telinganya tanpa sedikitpun melihat nama orang yang menelponnya.

"HOI, Teme! Bagaimana kabar Hinata sekarang?" teriak seseorang diseberang sana yang membuat Sasuke terpaksa harus menjauhkan layar ponsel dari telinganya yang tersayang*?*. Tentu saja Sasuke tahu jelas siapa pemiliik suara berisik itu, Si Naruto Dobe.

"Hinata? Dia baik-baik saja. Semalam kan kau baru melihatnya, baka!" ujar Sasuke kesal. Pikirannya melayang kembali ke kejadian semalam, saat Sasuke sedang menemani Hinata berbelanja keperluannya di pusat perbelanjaan Konoha. Ternyata, Naruto pun ada disitu juga karena disuruh Sakura membeli keperluannya. Sasuke menyeringai mengingatnya. Kasihan.

"Ckckck, Teme, teme. Pacarmu pun kau tidak tahu?"

"Hn? Memangnya ada apa?" tanya Sasuke penasaran. Padahal semalam mereka baru saja bersama. Apa yang terjadi memangnya?

"Sakura diberitahu Neji katanya Hinata sedang berada di rumah sakit umum Konoha. Dia pingsan."

"Pingsan?" gumam Sasuke. Dia segera beranjak dari tempat tidurnya yang cukup besar itu. Keningnya berkerut, entah kenapa dia ikut merasakan firasat buruk dan tidak enak, ada sesuatu yang bergejolak di hatinya. Sakit dan sangat tidak nyaman.

'Padahal kan semalam dia baik-baik saja? Dia masih bisa berjalan, tertawa, dan tersenyum kepadaku. Tapi, memang kemarin dia agak aneh. Setiap kali melihat kursi, dia pasti selalu meminta untuk duduk sebentar. Apa yang terjadi sebenarnya?'

"Apa yang terjadi sebenarnya, Dobe? Katakan yang jelas!" seru Sasuke geram.

"Aku tak tahu, Teme! Kau pergi saja sekarang!"

Sasuke mengepalkan tangan kanannya.
"Sial. Baiklah, Aku akan pergi sekarang." Sasuke memutuskan sambungan telepon dan melangkah keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa. Naruto yang ada diseberang sana, cuma bisa menghela nafas karena sambungannya putus. Dan dalam hati, Naruto berharap semoga Hinata cepat sembuh agar Sasuke tidak sedih.

~Disclaimer: Teeny~

Sasuke membungkuk dan kedua tangannya memegang kedua lutut kakinya. Ia terlalu cepat berlari tadi. Nafasnya saling berkejaran antara yang satu dengan yang lainnya.
Sekarang dihapannya ada sebuah pintu dengan sebuah papan kecil bertuliskan nomor 121, ini adalah nomor kamar Hinata—yang diberitahu oleh resepsionis.
Sasuke mulai memegang knop pintu dengan gemetar dan perlahan. Jantungnya terus berdetak tak beraturan.

Pintu terbuka dengan lambat.

Pandangan pertama yang dia jumpai adalah seseorang bermata lavender yang sedang berbaring di kasur dengan kulit wajah yang pucat sambil tersenyum lemah pada dua orang berambut panjang tergerai. Tampak banyak peralatan infus terpasang ditubuh gadis yang sedang berbaring itu. Dia Hyuuga Hinata, seseorang yang baru-baru ini yang menyandang gelar sebagai pacar dari Uchiha Sasuke.

Merasa ada seseorang yang melihat ke arah mereka berdua, mata Neji, dan Hanabi —orang yang ada disamping ranjang Hinata berbaring dan merupakan sepupu dan adik Hinata— Hinata yang melihat kepala dua orang saudaranya tertuju ke arah kiri pun ikut melihat orang yang ternyata Sasuke yang kini mulai melangkah maju ke samping kiri tempat berbaring Hinata.

"Sasuke-nii," sapa Hanabi pada Sasuke. Dan hanya dibalas Sasuke dengan tatapan yang tak bisa dibilang ramah.

"Sa-Sasuke-kun..!" ujar Hinata terkejut, mata lavendernya terbelalak, lalu perlahan berganti dengan sorotan mata yang sayu.

"Kau kenapa? Kenapa tak memberitahukanku?" tanya Sasuke dengan tatapan mata yang menusuk ke arah Hinata, kemudian ke arah Neji, ia marah karena dia tak memberitahunya.

"A-ano... Jangan salahkan Neji, Sasuke. A-aku yang tak ingin memberitahukannya sedangkan Neji tetap bersihkeras ingin memberitahukan kepada yang lain, termasuk kau Sasuke. Tapi, aku memohon supaya kau tak diberitahukan," ujar Hinata. Dia sangat resah, resah karena penyakit dideritanya, resah karena bersalah pada Sasuke, resah karena dia tak mampu memberitahu Sasuke. Entah dia harus menyalahkan dirinya yang mempunyai kesehatan yang lemah atau menyalahkan Kami-sama yang memberinya takdir seperti ini? Ah, entahlah. Yang jelas, Hinata merasa sangat lemah dan resah.

"Sudahlah, Hinata. Ini bukan salah siapa-siapa. Kau terlalu paranoid. Sasuke, kau ingin tahu kan? Dokter bilang dia terkena tumor otak, semalam dia pusing kepala berat dan akhrinya pingsan pada saat sampai di rumah," kata Neji panjang lebar sambil menghela napas dan membalas tatapan tajam Sasuke dengan tatapan yang serupa juga. Hanabi ikut menggangguk setuju mendengar pernyataan Neji. Sasuke harus menerima kenyataan, sama seperti Neji yang begitu sakit ketika mendengar adik sepupu tercintanya yang terkena tumor otak dari pamannya, Hyuuga Hiashi. Dan juga sama seperti Hinata yang harus menghadapi kenyataan yang sangat amat pahit. Mereka semua harus menghadapi kenyataan.

DEG

Bersambung ~

sasuhina part 2:
http://lovely-room.blogspot.com/2011/04/my-naruto-fanfic-sasuhina-fanfic-part-2.html
Berniat kasih saran/opini?
Ada yg mau ngasih tahu aku kuliah tingkat 3 maksudnya apa?
Thanks 4 reading V.V

Posting Komentar

 
Top