Judul: Manusia Setengah Salmon
Penulis: Raditya Dika
Penerbit: GagasMedia (Cetakan ketiga, 2011)
Tebal: viii+264 halaman
Pertama, agak ngga yakin kalau ini memang buku Raditya Dika, walaupun cover-nya udah sangat meyakinkan,
IMO, biasanya cover-cover buku Dika itu pasti nge-jreng, norak, dan ramai banget. Cover kali ini, menurutku, memang norak abis. Tapi ngga rame, ngga seperti buku yang sebelum-sebellumnya.
Tapi, setelah aku cari-cari resensi buku ini di google, yah... sedikit mendapat pencerahan, rupanya memanglah ini bukunya. Hehe..
Didalam buku ini, terdapat 19 bab yang rata-rata bercerita tentang kejadian-kejadian dalam hidup Raditya Dika. Mulai dari pindah rumah, pindah hubungan keluarga, sampai pindah hati. Di buku ini ada juga observasi ngawur, dan humor-humor singkat Raditya Dika.
[Warning! Jika kamu belum membaca buku ini dan merencanakan untuk membelinya. Hati-hati membaca bagian selanjutnya, karena mengandung spoiler!]
Buku ini menurutku, 50%-nya humor dan 50%-nya penggalauan.
Kocak? Memang masih ada kocak-kocaknya sih, sempat ngakak beberapa kali juga. Tapi, malah sempat buat aku merenung beberapa kali.
Mungkin, karena Raditya Dika sudah menyadari bahwa dia bertambah dewasa atau tua. Jadi, tulisannya pun semakin menuju kedewasaan. Apalagi, bab 'Manusia Setengah Salmon' yang juga merupakan judul buku ini. Rupanya judulnya bukan sekedar buat lucu, tapi lebih ke arah perenungan. Mau tak mau aku dibuat merenung juga.
"Ternyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, gue gak perlu menjadi manusia super. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah."
Ada beberapa bab yang aku pikir ngga penting, tapi dimasukkin ke buku ini. Seperti bab 'Akibat Bertanya Ke Orang Yang Salah Tentang Ujian', bab itu kumpulan-kumpulan tweet @radityadika yang menjawab pertanyaan para followers-nya tentang UN. Bab yang berisi wawancara dengan hantu juga, tapi lumayan buat sekedar lucu-lucuan. Dan, apa itu bab yang semuanya berisi tentang penggalauan? beli buku ini bukan buat pengen galau loh! ><
Bab 'Bakar Saja Keteknya', entah kenapa aku kurang suka. Mungkin, karena aku rasa Dika agak menjelek-jelekkan orang.
Walaupun begitu, masih ada yang bagus dari buku ini, cuma bab-bab diatas aja yang aku rasa kurang suka. Aku suka dengan bab 'Kasih Ibu Sepanjang Belanda'. Di bab itu, buat aku ketawa sekaligus merenung juga (lagi-lagi). Apalagi ada quote begini:
"Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orangtua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita terima."
Selain itu, ada juga comicstrip yang diselipkan di beberapa bab.
Oke, aku akan memberi beberapa quote bagus yang ada di buku ini.
"Ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya."
"Inilah sesungguhnya tujuan dari PDKT: agar kita bisa membedakan orang yang kita mau dan orang yang kita butuhkan."
Sebenarnya, ragu antara kasih bintang antara 3.5 atau 4... Tapi ya sudah. Digenapkan saja deh.
Bintang empat dari lima untuk buku ini.
"Bagi gue, rumah adalah dia. Karena dia adalah tempat gue pulang. Karena, orang terbaik buat kita itu seperti rumah yang sempurna. Sesuatu yang bisa mekindungi kita dari gelap, hujan, dan menawarkan kenyamanan."
Posting Komentar