Dalam kegalauan ia menonton sebuah
pertandingan tinju antara Mohammad Ali
dan Chuck Webner, seorang petinju lemah
yang menurut ramalah banyak orang akan
dapat dirobohkan selama 3 ronde, ternyata
Webner mempunyai kemantapan dan
kekerasan hati. Ia dapat menyelesaikan
total 15 ronde melawan Ali karena tak mau
menyerah.
Pemudah itu sangat terinspirasi dengan
tontonan tersebut dan muncul sebuah visi
tentang sebuah film yang akan ia tulis
naskanya. Malam hari itu juga ia menulis
dan menulis selama 3 hari tanpa berhenti,
hingga naskah filmnya selesai. Ia sangat
gembira dengan naskah tersebut, akarena
dalam pikirrannya ia tahu bahwa naskah
cerita tersebut akan menjadi sebuah film
yang mengubah hidup dan nasibnya.
Tangannya sampai bergetar saat
memandangi naskah itu.
Lalu ia mengajukan tulisannya kepada para
produser film. Namun tidak ada yang
memberi tanggapan serius atas naskah
cerita tersebut.
Tetapi ia tak pernah berhenti berusaha. Ia
menawarkan naskah ceritanya dan dtilak
lebih dari ratusan kali kepada semua
produser dan studio film. Samapi suatu
hari, ada sebuah studio yang berani
membeli naskahnya senilai US$ 20.000
dengan syarat tokoh utamanya dibitangi
oleh Ryan O ’Neal dan Brut Reynolds.
Ia senang sekali mendapat penawaran itu,
akan tetapi ntotot ingin tetap
membintangi sendiri film tersebut. Lalu ia
menawarkan diri bermain Cuma-Cuma.
Sang sutradara menolak. Walaupun
sesungguhnya sangat membutuhkan uang,
ia bersikeras menolak menjual naskah
tersebut kecuali jika ia bisa menjadi
bintangnya. Sang produser terus
menaikkan tawarannya $80.000, $125.000,
$250.000 sampai $325.000, tetapi si
pemuda bersikeras tidak akan maj menjual
naskah filmnya kecuali ia berperan menjadi
tokoh utamanya. Ia berjanji akan bermain
bagus.
Siapakah pemuda tidak kenal menyerah tersebut? Baca artikel selanjutnya (part III
Posting Komentar